Rabu, 11 April 2018

PROFIL

Assalamu alaikum teman-teman,,,!!!
Selamat datang yah di blog aku.

Nama saya Surahman, saat ini sedang aktif
sebagai mahasiswa Pascasarjana
di Universitas Tadulako
pada Program Magister Pendidikan Sains.

Saya lahir tanggal 17 Maret 1990 di Desa Koya, Kec. Petasia
Kab. Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah

Anak dari pasangan
Bapak (Alm.) Jasmin T. Wilade dan Ibu (Almh.) Ranma Banawula.

Motto Hidup...!!!
"Jadilah Seperti Udara yang Bermanfaat Bagi Siapapun,
Walapun Terkadang Keberadaannya Dianggap Tidak Ada"

Minggu, 18 Februari 2018

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE BERMAIN PERAN KELAS IV SD AL-KHAIRAAT BALE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS
MELALUI METODE BERMAIN PERAN
KELAS IV SD AL-KHAIRAAT BALE


Oleh:
Susiyanti


ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan  kelas yang dilaksanakan  di SD Al-Khairaat Bale, melibatkan 18 orang siswa terdiri atas 8 orang laki-laki dan 10 orang perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017. Penelitian  ini  menggunakan desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri  atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat  tahap  yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra tindakan diperoleh ketuntasan klasikal 27,27% dan daya serap klasikal 61,67%. Pada tindakan siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 36,36% dan daya serap klasikal 60% sedangkan pada tindakan siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 100% dan daya serap klasikal 81,11%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai daya serap klasikal minimal 70% dan ketuntasan belajar klasikal minimal 80%. Berdasarkan nilai rata-rata daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPS di SD Al-Khairaat Bale.

Kata KunciMetode Bermain Peran, Hasil Belajar, Pembelajaran IPS






PENDAHULUAN
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial wajib dan harus diajarkan dengan penuh rasa tanggung jawab kepada siswa, karena sangat erat hubungannya dengan manusia dan alam sekitarnya di mana manusia hidup dan melakukan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Ischak  (2005:56) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS secara umum adalah “pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli pada bidang ilmu sosial”.
Pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa agar mereka mempelajari apa-apa yang menarik minat mereka. Karena itu tidak heran kalau sistem pendidikan dewasa ini memusatkan tujuan dan proses pendidikan pada faktor anak dan dapat menunjang kebebasan minat dan kebutuhan anak.  Ilmu Pengetahuan Sosial didasarkan pada kebutuhan dan minat anak tentang lingkungan masyarakatnya, tetapi pembelajaran itu sendiri sesungguhnya tidak ada hubungannya dan tidak pula dikaitkan dengan kondisi aktual dalam masyarakat di mana dia hidup.
Masalah umum yang sering dihadapi dalam lingkungan kelas dalam proses pembelajaran adalah kurangnya penerapan metode yang tepat untuk menunjang efektivitas untuk keberhasilan hasil pembelajaran itu sendiri.  Metode ceramah merupakan salah satu metode praktis dalam pembelajaran dan tentunya tidak merepotkan bagi seoorang guru. Sehingga metode ceramah inilah menjadi metode andalan selama ini tanpa ada kemauan untuk berinovasi dalam sebuah kreasi dalam model pembelajaran, sehingga menimbulkan suasana kebosanan bagi siswa yang berujung kepada rendahnya hasil belajar. Slameto (2003: 2) memandang belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Begitu juga menurut James O. Whitaker (Soemanto 2000: 98-99) memberikan definisi bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman
Upaya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan menghilangkan kebosanan siswa yaitu dengan menerapkan metode yang tepat. Adapun metode yang dianggap dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran yaitu metode bermain peran. Metode bermain peran merupakan kegiatan pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk memerankan tokoh, watak, setting sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru tentang konsep yang diajarkan namun juga secara konkrit siswa terlibat dalam pengalaman belajarnya sehingga konsep yang diajarkan tidak mudah dilupakan.
Mata pelajaran IPS khususnya keanekaragaman disana terdapat cela untuk memanfaatkan metode bermain sebagai upaya untuk melibatkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Lebih khusus lagi dalam memperkenalkan keragaman budaya yang ada di Indonesai, sehingga metode bermain peran sangat efektif dengan melibatkan anak didik untuk memerankan berbagai suku yang ada di Indonesia. Pengertian metode bermain peran menurut Yulianty (2010:76), adalah memerankan tokoh–tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.
Menurut Fein dan Smilansky dalam Gunarti (2008,10.18) dalam bermain peran anak menggunakan simbol, seperti kata-kata, gerakan dan mainan anak mewakili dunia yang sesungguhnya. Bermain peran sering digunakan untuk melatih ketrampilan berbicara anak melalui dialog-dialog yang di bawakannya.
Untuk berdialog, sekurang-kurangnya anak harus dapat memahami apa yang dikatakan kepadanya dan berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh teman sebayanya. Dengan demikian dalam bermain peran harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) menyiapkan naskah, alat, media dan konstum yang akan digunakan dalam bermain peran; 2) menerangkan teknik bermain peran dengan cara sederhana; 3) memberi kebebasan pada anak untuk memilih peran yang disukainya; 4) menetapkan peran pendengar (anak yang tidak ikut bermain); 5) menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus mereka mainkan; 6) menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan oleh pemain untuk memulai; 7 ) menghentikan permainan pada detik-detik situasi sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum. (Gunarti, 2008:10.19).
Kunci keberhasilan bermain peran dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi keragaman suku bangsa yaitu siswa dapat mengekspresikan, berdialog dan berdiskusi diakhir kegiatan bermain peran yang telah dilaksanakan

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan Mc Taggart dalam Dahlia (2012:132). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keterangan
0
: pra tindakan
1
: Rencana
2
: Pelaksanaan
3
: Observasi
4
: Refleksi
5
: Rencana
6
: Pelaksanaan
7
: Observasi
8
: Refleksi
A.
: Siklus 1
B.
: Siklus 2













Gambar 1: Diagram alur desain penelitian diadaptasi dari model Kemmis & Mc.       Taggart (Dahlia, 2012:132 ).

Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Khairaat Bale. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV  berjumlah 18 orang siswa, terdiri dari 8 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini direncanakan minimal dua siklus dimana setiap siklus memiliki tahapan sebagai berikutt; 1) perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif: 1) data kuantitatif  yaitu berupa kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang materi pelajaran IPS yang diajarkan yang terdiri dari hasil tugas siswa, hasil tes awal dan tes akhir dan 2) data kualitatif yaitu data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPS serta data kesulitan siswa dalam memahami materi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1.    Pemberian tes awal dan tes pada setiap akhir tindakan; Tes awal diberikan sebelum tindakan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman awal siswa pada pengenalan materi pelajaran IPS, sedangkan tes pada akhir tindakan dilakukan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2.    Observasi; Observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.  Tujuannya untuk mengamati aktivitas guru (peneliti) dan siswa, yang melakukan observasi atau observer adalah teman sejawat.
3.    Catatan Lapangan; Catatan ini bersifat lebih umum, yang menyangkut tempat penelitian, baik dari jumlah siswa, guru, sarana dan prasarana yang tersedia pada lokasi penelitian dan hal-hal lain yang terjadi dalam proses pelaksanaan tindakan
Teknik analisis data dilakukan dengan cara yang pertama yaitu teknik analisis data kuntitatif, data ini diperoleh dari tes awal dan tes akhir Data tersebut kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sumber: KKM SD Al-Khairaat Bale).
1.    Daya serap individu (DSI) =  x 100%
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu > 65%.
2.    Daya serap klasikal (DSK) =  x100%
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika > 70% siswa yang telah tuntas.
3.    Ketuntasan Belajar secara Klasikal
(KBK) =  x 100%
Semua kelas dinyatakan tuntas belajar kalau sekurang-kurangnya 80% murid telah tuntas secara individual.
Teknik yang kedua yaitu teknik analisis data kualitatif. Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil observasi catatan lapangan dan pemberian tes.
Adapun tahap-tahap analisis data menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Muslich (2010:91) adalah sebagai berikut:
1.    Mereduksi Data
Dalam proses ini data hasil tes siswa dapat dilihat secara nyata dengan tampilan sederhana namun tidak merubah hasil yang ada untuk mempermudah penyusunan laporan penelitian.
2.    Penyajian Data
Menampilkan data dari hasil uji tes siswa ke dalam tabel untuk mempermudah pengamatan data yang ditampilkan, sehingga terlihat jelas dan dapat ditarik kesimpulan atas data tersebut.

3.    Verifikasi/Penyimpulan
Dapat menyimpulkan dari hasil yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas secara singkat dan jelas dan dapat mewakili isi dari hasil yang diperoleh.
Pengelolaan data kualitatif diambil dari data hasil aktivitas guru dengan siswa yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dan dinyatakan dalam bentuk persentase  (Suryanto, 2009:2.58),  yang dihitung dengan menggunakan rumus:
Persentase nilai rata-rata =   x 100%
90% >NR = Sangat Baik
90% <NR 70% = Baik
70% <NR 50% = Cukup
50% <NR 30% = Kurang
30% <NR = Sangat Kurang
Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah apabila hasil belajar siswa Kelas IV SD Al-Khairaat Bale selama proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini akan ditandai dengan daya serap individu minimal 65% dan ketuntasan belajar klasikal minimal 70% dari jumlah siswa yang ada. Ketentuan ini sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberlakukan di SD Al-Khairaat Bale.

HASIL PENELITIAN
Tahapan pelaksanaan tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan sebagai realisasi dari perencanaan yang telah disusun.  Perencanaan yang telah disusun, belum dapat mengungkapkan dan memberikan gambaran sepenuhnya mengenai subjek penelitian secara keseluruhan, walaupun sudah dipersiapkan segala sesuatunya, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih memungkinkan terjadi sesuatu hal di luar perencanaan dimana guru dapat melakukan tindakan yang belum dan tidak tercantum dalam rencana pembelajaran sebelumnya.
1.             Pra tindakan
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran  di kelas 1V SD Al-Khairaat Bale dengan pokok bahasan “Keanekaragamaan”, dalam perencanaan ini, menggunakan  metode ceramah sebagai pelaksanaan pra tindakan, hasil pengamatan yang diperoleh menunjukan proses pelaksanaan pembelajaraan yang di lakukan oleh guru belum terlaksana secara optimal. Sehingga dalam proses pembelajaraan IPS kelas IV SD Al-Khairaat Bale belum secara keseluruhan siswa merespon.
Pelaksanaan dengan menggunakan metode ceramah dengan melakukan pembelajaran secara alami dan tidak dibuat-buat, sehingga penelitian menemukan banyak hal yang cukup penting dan menarik pada saat pelaksanaan penelitian tersebut.  Dengan metode ceramah yang dilakukan bahwa dari keseluruhan siswa belum sepenuhnya menerima atau merespon metode tersebut,  hal ini berdasarkan kepada beberapa alasan sementara sebagai berikut:
1.    Metode yang di gunakan oleh guru hanya berfokus kepada ceramah;
2.    Dalam proses pembelajaraan siswa masih pasif menerima pelajaran;
3.    Masih sebagian kecil siswa merespon kegiatan pembelajaran.
Sebagai fokus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman tentang keragaman melalui metode bermain peran pada siswa kelas 1V SD Al-Khairaat Bale.  Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran IPS melalui metode bermain peran dapat di ukur dengan menggunakan tes awal.
Adapun bentuk tes yang diberikan kepada siswa antara lain:
1.    Lembar  tugas yang telah di sediakan oleh guru
2.    Menjawab pertanyaan dari guru
3.    Memperlihatkan gambar pakaian adat.
Tes awal diikuti oleh seluruh siswa kelas 1V SD Al-Khairaat Bale dengan jumlah siswa 11 orang.  Tes awal tersebut terdiri dari 5 nomor soal  yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum menggunakan metode bermain peran tentang pokok bahasan  “keanekaragamaan” .
Pembelajaran dimulai dengan mengadakan tes awal di kelas IV untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi keanekaragaman.  Nilai tes awal dijadikan acuan untuk mengetahui hasil belajr siswa kelas IV.  Berikut disajikan data hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil pada tabel tes awal (pra siklus) yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran tentang keragaman masih banyak siswa yang memperoleh hasil yang tidak tuntas dan tentunya belum memuaskan.  Sebagai mana yang dapat terlihat pada tabel di atas bahwa dari 18 orang siswa ketuntasan yang diperoleh baru mencapai 6 (enam) orang dengan persentase ketuntasan klasikal baru mencapai 33,33%, lebih jelasnya dapat diperhatikan pada rincian tabel berikut:
Tabel 1. Rincian Hasil Perolehan Tes Awal
No
Perolehan Skor
Frekuensi
1
Skor tertinggi
80
2
Skor terendah
0
3
Jumlah Seluruh Siswa
18
3
Banyaknya siswa yang tuntas
6
4
Banyaknya siswa yang belum tuntas
12
5
Persentase ketuntasan klasikal
33,33%
6
Persentase Daya Serap Individu
45,56%

Melihat hasil pada tabel di atas dalam penelitian tes awal ini dapat memunculkan perasaan pesimis atas hasil pada tes di siklus berikutnya, namun tak ada salahnya harus tetap dilanjutkan dengan rasa optimis, terdapat 8 (delapan) siswa yang tidak tuntas dan harus diakui bahwa di mana situasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan mengalir apa adanya tanpa perhatian khusus kepada peserta didik pada umumnya anak senang bermain (tidak fokus) dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan hasil penelitian belum optimal sebagaimana yang diharapkan, tentunya dengan menggunakan metode bermain peran nantinya diharapkan dapat menciptakan suasana belajar aktif, kreatif, dan efisien.
2.                  Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima pelajaran tentang materi pakaian adat dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus.
2.      Siklus I
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan materi pokok “keanekaragamaan” meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun masing-masing kegiatan di jelaskan sebagai berikut:
1.    Perencanaan Tindakan Siklus I
Melihat hasil observasi dan tes awal yang di laksanakan, maka untuk meningkatkan hasil perolehan siswa terhadap materi pokok dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi tersebut menjadi efektif dengan menetapkan:
1.    Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS materi keragaman budaya yang akan di ajarkan dengan menggunakan metode bermain peran.
2.    Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selam proses belajar mengajar di kelas.
3.    Membuat lembar kegiatan dan menyiapkan peralatan yang di butuhkan untuk melaksanakan pembelajaran.
4.    Menyiapakn tes akhir tindakan.
2.    Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang sesuai dengan kurikulum pendidikan yang digunakan dalam proses pembelajaran.  Adapun hasil analisis tes formatif siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Berdasarkan hasil pelaksanaan tes siklus I dengan hasil pembelajaraan tersebut  dengan penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa tentang keragaman melalui gambar pakaian adat namun belum menunjukan hasil yang signifikan, dilihat dari persentase ketuntasan klasikal menunjukan adanya perubahan peningkatan, namun kalau diperhatikan dengan apa yang diperoleh pada tabel 4.1. dengan hasil pada tabel 4.3. perbedaan yang dapat dilihat dari individu siswa yang mengalami ketuntasan, dimana siswa yang mengalami ketuntasan pada tes awal menjadi tidak tuntas pada tes siklus I dan digantikan oleh siswa lain, namun inilah kenyataan yang tidak mungkin dirubah sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa ada peningkatan hasil di siklus  I, disisi lain ada peserta didik yang sebelumnya telah tuntas mengalami penurunan hasil, yang berarti bahwa siswa tersebut kurang perhatian pada siklus I ini.
Berdasarkan hasil penelitian dengan memberikan tes atau alat evaluasi berupa uraian dengan jumlah soal 10 butir dapat dilihat pada tabel 2. berikut rincian hasil analisis tes siklus I sebagai berikut:
Tabel 2. Rincian Hasil Tes Akhir Tindakan Kelas Siklus I
No
Perolehan Skor
Frekuensi
1
Skor tertinggi
90
2
Skor terendah
30
3
Jumlah Seluruh Siswa
18
3
Banyaknya siswa yang tuntas
10
4
Banyaknya siswa yang belum tuntas
8
5
Persentase ketuntasan klasikal
55,56%
6
Persentase Daya Serap Individu
61,67%

Berdasarkan hasil akhir ini diindetivikasi bahwa masih ada soal yang belum dapat di selesaikan dengan baik oleh siswa, hal ini menunjukan bahwa dalam proses belajar mengajar ada siswa belum memahami secara keseluruhan materi yang diajarkan. Walaupun pada siklus I ini telah memperhatikan peningkatan namun belum berarti menununjukan hasil maksimal, persentase ketuntasan klasikal 55,56% namun dari jumlah banyaknya siswa yang tuntas hanya bertambah 4 orang siswa.


3.    Observasi Siklus I
Observasi terhadap aktivitas murid dan guru dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru yang ditunjuk sebagai mitra bertindak sebagai observasi untuk mengamati aktivitas murid dan guru menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran, diperoleh hasil sebagai berikut.
1.    Hasil Observasi Guru
Observasi guru dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, yang bertindak sebagai pengamat (observer) yakni teman sejawat peneliti yang merupakan guru di SD Al-Khairaat Bale. Adapun hasil observasi guru dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No
Aspek yang dinilai
Skor yang diperoleh


1
Menyampaikan tujuan pembelajaran
3

2
Memotivasi siswa
3

3
Menyajikan informasi atau materi keragaman budaya kepada siswa dengan bahasa sederhana dan dapat dipahami siswa dengan menggunakan metode bermain peran
4

4
Menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang belum mereka pahami terkait penjelasan guru
4

5
Meminta siswa untuk bermain peran tentang keanekaragaman budaya
3

6
Membimbing siswa saat bermain peran
3

7
Meminta siswa untuk menunjukkan pakaian adat suatu daerah dengan mengunakan media gambar pakaian adat
4

8
Meminta siswa untuk menjelaskan tentang apa yang mereka ketahui dari keragaman budaya di Indonesia menurut pendapat mereka sendiri
3

9
Meminta siswa membuat rangkuman
4

10
Memanfaatkan waktu dengan baik
3

Jumlah skor perolehan
34

Skor Maksimal = 10 x 4
40

Presentase = 34: 40 x 100%
85%

Kategori
Baik


Skala Penilaian:
90% >NR = Sangat Baik
90% <NR 70% = Baik
70% <NR 50% = Cukup
50% <NR 30% = Kurang
30% <NR = Sangat Kurang

Rumus =  x 100% =  = 85%

Berdasarkan tabel 4.5, di atas., terlihat bahwa hasil observasi aktivitas guru pada beberapa aspek sudah baik. Dari hasil observasi tersebut menunjukkan pada siklus I, skor yang diperoleh sebesar 34 dengan skor maksimal 40, sedangkan presentase 85%. Dengan demikian, hasil observasi aktivitas guru pada siklus I masuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan guru dalam menggunakan metode bermain peran sebagai media pembelajaran pada mata peljaran IPS di kelas IV SD Al-Khairaat Bale sudah masuk kategori baik.
2.    Hasil Observasi Siswa
Observasi siswa dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat peerkembangan keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, yang bertindak sebagai pengamat (observer) yakni peneliti sendiri. Adapun hasil observasi aktivias siswa dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4  Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No
Aspek yang dinilai
Skor yang diperoleh
1
Mencatat penjelasan guru tentang materi keragaman budaya menggunakan gambar pakaian adat
3

2
Menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari penjelasan guru.
3

3
Menjawab pertanyaan guru
3

4
Terlibat aktif dalam kegiatan bermain peran
3

5
Mampu memerankan tokoh
3

6
Memahami konsep saat bermain peran
4

7
Bermain peran dengan serius dan tidak bermain-main
3

8
Mampu menjelaskan keragaman budaya di Indonesia menurut pendapatnya sendiri
3

9
Membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari
4

Jumlah skor perolehan
29

Skor Maksimal = 9x 4
36

Presentase = 29: 36 x 100%
80,55%

Kategori
Baik


Skala Penilaian:
90% >NR = Sangat Baik
90% <NR 70% = Baik
70% <NR 50% = Cukup
50% <NR 30% = Kurang
30% <NR = Sangat Kurang
Rumus =  x 100% =  = 80,55%
Berdasarkan data observasi aktivitas siswa pada tabel   di atas, dapat dilihat hasil yang diperoleh bahwa secara umum aspek yang diamati mengindikasikan aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah masuk dalam kategori baik dengan skor sebesar 29 dan skor maksimal 36 dan presentase yang diperoleh 80,55%, maka dari hasil tersebut masuk dalam kriteria baik.

4.    Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil tes siklus I dan 8 orang siswa yang belum tuntas, persentase kentutasan klasikal mencapai 55,56% serta daya serap klasikal baru mencapai 61,67%.

2.1.1.1  Siklus II
Pelaksanaan kegiatan pada siklus II dengan materi pokok “keanekaragamaan” Meliputi  perencanaan , pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Adapun masing –masing kegiatan di jelaskan sebagai berikut:
1)   Perencanaan tindakan siklus II
Melihat hasil observasi dan tes awal yang di laksanakan, maka untuk meningkatkan hasil perolehan siswa terhadap materi pokok dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi tersebut menjadi efektif dengan menetapkan:
1.    Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS materi keragaman budaya yang akan di ajarkan dengan menggunakan metode bermain peran.
2.    Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selam proses belajar mengajar di kelas.
3.    Membuat lembar kegiatan dan menyiapkan peralatan yang di butuhkan untuk melaksanakan pembelajaran.
4.    Menyiapakn tes akhir tindakan.
2)   Pelaksanaan tindakan siklus II
Guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum pendidikan yang di gunakan dalam proses pembelajaraan.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus II dapat di jelaskan bahwa dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan kemampuan pemahaman siswa tentang pakaian adat yang menunjukan keragaman budaya di Indonesia. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajarn sikus II, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes atau evaluasi. Bentuk tes yang diberikan adalah uraian dengan jumlah soal 10 butir, adapun hasil analisi tes siklus II dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5 Rincian Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus II
No
Perolehan Skor
Frekuensi
1
Skor tertinggi
100
2
Skor terendah
70
3
Jumlah Seluruh Siswa
18
3
Banyaknya siswa yang tuntas
18
4
Banyaknya siswa yang belum tuntas
0
5
Persentase ketuntasan klasikal
100%
6
Persentase Daya Serap Individu
81,11%
                            
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada tindakan siklus II dari 18 orang siswa yang mengikuti tes semua siswa sudah dinyatakan tuntas secara individu, adapun skor tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100 yang diperoleh 4 orang siswa dan skor terendah 70 yang diperoleh 8 orang siswa sehingga presentase rata-rata daya serap klasikal siswa mencapai 81,11% dengan demikian perolehan hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan kinerja yang ditetapkan yaitu 80% untuk ketuntasan belajar klasikal dan 65% untuk daya serap klasikal.
3)   Observasi Siklus II
Observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM)  berlangsung. Observasi ini di lakukan bersama mitra yang bertindak sebagai pengamat. Cara mengamati aktivitas siswa dan guru adalah mengisi lembar observasi secara ringkas dalam aktivitas proses belajar mengajar.
4)   Refleksi Siklus II
Observasi terhadap aktivitas murid dan guru dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru yang ditunjuk sebagai mitra bertindak sebagai observasi untuk mengamati aktivitas murid dan guru menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran, diperoleh hasil sebagai berikut.
1.    Hasil Observasi Guru
Observasi guru dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, yang bertindak sebagai pengamat (observer) yakni teman sejawat peneliti yang merupakan guru di SD Al-Khairaat Bale. Adapun hasil observasi guru dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No
Aspek yang dinilai
Skor yang diperoleh
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran
4

2
Memotivasi siswa
3

3
Menyajikan informasi atau materi keragamn budaya kepada siswa dengan bahasa sederhana dan dapat dipahami siswa dengan menggunakan metode bermain peran
4

4
Menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang belum mereka pahami terkait penjelasan guru
4

5
Memberikan tugas kepada siswa terkait materi yang diajarkan
4

6
Meminta siswa untuk mengidentivikasikan pakaian adat suatu daerah
3

7
Meinta siswa untuk menunjukkan pakaian adat suatu daerah dengan mengunakan media gambar pakaian adat
4

8
Meminta siswa untuk menjelaskan tentang apa yang mereka ketahui dari keragaman budaya di Indonesia menurut pendapat mereka sindiri
4

9
Meminta siswa membuat rangkuman
4

10
Memanfaatkan waktu dengan baik
3

Jumlah skor perolehan
37

Skor Maksimal = 10 x 4
40

Presentase = 37: 40 x 100%
92,5%

Kategori
Sangat Baik


Berdasarkan tabel 4.9, di atas., terlihat bahwa hasil observasi aktivitas guru pada beberapa aspek sudah baik. Dari hasil observasi tersebut menunjukkan pada siklus II, skor yang diperoleh sebesar 37 dengan skor maksimal 40, sedangkan presentase 92,5%. Dengan demikian, hasil observasi aktivitas guru pada siklus II masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan guru dalam menggunakan metode bermain peran sebagai media pembelajaran pada mata peljaran IPS di Kelas IV SD Al-Khairaat Bale sudah masuk kategori sangat baik.
2.    Hasil Observasi Siswa
Observasi siswa dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat peerkembangan keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, yang bertindak sebagai pengamat (observer) yakni peneliti sendiri. Adapun hasil observasi aktivias siswa dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No
Aspek yang dinilai
Skor yang diperoleh
1
Mencatat penjelasan guru tentang materi keragaman budaya menggunakan gambar pakaian adat
3

2
Menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari penjelasan guru.
4

3
Menjawab pertanyaan guru
4

4
Terlibat aktif dalam kegiatan bermain peran
3

5
Mampu memerankan tokoh
4

6
Memahami konsep saat bermain peran
4

7
Bermain peran dengan serius dan tidak bermain-main
4

8
Mampu menjelaskan keragaman budaya di Indonesia menurut pendapatnya sendiri
3

9
Membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari
4

Jumlah skor perolehan
33

Skor Maksimal = 9 x 4
36

Presentase = 33: 36 x 100%
91,66%

Kategori
Baik


Berdasarkan data observasi aktivitas siswa pada tabel   di atas, dapat dilihat hasil yang diperoleh bahwa secara umum aspek yang diamati mengindikasikan aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah masuk dalam kategori sangat baik dengan skor sebesar 33 dan skor maksimal 36 dan presentase yang diperoleh 91,66%, maka dari hasil tersebut masuk dalam kategori sangat baik.

PEMBAHASAN
Usaha untuk perbaikan proses kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar yang maksimal, uapaya tersebut tidak lepas dari kegiatan pendidikan luar sekolah misalnnya keluarga, agama dan pendidikan pemuda yang lain.  Seperti yang dikemukakan Dimyanti dkk (2002 : 102) bahwa; upaya pembelajaran menjadi bermakna bila siswa di hadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya.  Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program pembelajaran sehingga siswa merasa memiliki nilai dan kemampuan dalam proses belajarnya dan dapat memberikan manfaat.
Seorang guru yang professional seharusnya memiliki perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, fasilitator dan evaluator, untuk itu maka dalam proses pembelajaran kemampuan siswa dituntut menguasai berbagai konsep, prinsip, tujuan dan evaluasi penggunaan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman tentang pakaian adat pada siswa, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.
Berdasarkan pada proses pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan metode bermain peran pada pemnbelajaran IPS pokok bahasan keanekaragaman di SD Al-Khairaat Bale yang berpedoman pada hasil evaluasi maka untuk dapat mengetahui hasil perolehan siswa dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Pada pelaksanaan tes awal masih terdapat 6 (tiga) orang siswa yang memiliki ketuntasan dalam proses pembelajaran dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 0 dengan ketuntasan klasikal 33,33%, daya serap klasikal mencapai 45,56%.  Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 10 (sepuluh) orang siswa dari 18 (delapan belas) orang siswa dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 30.  Sedangkan pada siklus II keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan dengan nilai tertinggi 100 dan skor terendah 70, ketuntasan klasikal 100% dan daya serap 81,11%.  Hal ini menunjukan bahwa metode bermain peran dapat mempengaruhi dalam peningkatan kemampuan pemahaman siswa dalam materi pakaian adat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang mengenal keragaman budaya Indonesia di SD Al-Khairaat Bale. Hal ini terbukti dari data hasil penelitian yang mengalami peningkatan dari Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II sebagaimana pada tabel 8.


Tabel 8 Hasil Penelitian dan Selisih Peningkatan
Hasil
DSK
Selisih Peningkatan
KBK
Selisih Peningkatan
Pra Tindakan
45,56%
Pra Tindakan ke Siklus I (61,17%-45,56% = 16,11%)
33,33%,
Pra Tindakan ke Siklus I (55,56%-33,33% = 22,23%)
Siklus I
61,67%
Siklus I ke Siklus II sebesar (81,11%-61,67% = 19,94%)
55,56%,
Siklus I ke Siklus II (100%-55,56% = 44,44%)
Siklus II
81,11%.
100%

Berdasarkan tabel di atas, peningkatan daya serap klasikal dari Pra Tindakan ke Siklus I sebesar 16,11% sedangkan ketuntasan belajar klasikal sebesar 22,23%. Pada tindakan Siklus I ke Siklus II terjadi selisih peningkatan yang signifikan yaitu daya serap klasikal sebesar 19,94% dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 44,44%.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian tindakan kelas penerapan metode bermain peran pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami keanekaragaman siswa SD Al-Khairaat Bale dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.        Selama pembelajaran di kelas menggunakan metode ceramah merupakan cara yang paling praktis yang tidak memerlukan persiapan yang rumit, namun kenyataannya memudahkan bagi guru tapi rumit bagi siswa dan hasil yang diperoleh masih sangat minim.
2.        Menggunakan metode bermain peran membutuhkan persiapan guru, namun memudahkan siswa dalam mengenal keragaman budaya yang ada di Indonesia.
Setelah pembelajaran dikembangkan melalui Susana pembelajaran yang kondusif, guru bersikap komunikatif dan memposisikan diri sebagai mediator dan fasilitator pembelajaran menunujukan adanya kualitas pembelajaran yang berkaitan dengan siswa maupun kinerja guru, sehingga sistim pelajaran sudah seharusnya lebih baik khususnya pembelajaran IPS, olehnya perlu kiranya menggunakan metode antara lain :
1.      Penggunaan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS  dalam memahami keragaman budaya.
2.      Guru seharusnya lebih optimal dalam mempersiapkan konsep bermain peran bagi siswa sehingga siswa bermain peran dengan baik dan terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlia S. (2012) Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Grafika
Ischak. (2005). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rusyan. (2003) Buku Ajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) I. UPP PGSD Makassar: FIP UNM.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. (2000). Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. (2009) Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). (Cet.IX; Jakarta: Bumi Aksara.
Yulianty, R. (2010). Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar Aksara.




PROFIL

Assalamu alaikum teman-teman,,,!!! Selamat datang yah di blog aku. Nama saya Surahman, saat ini sedang aktif sebagai mahasiswa Pascasarj...